Hari Ulang Tahun Kota Pontianak Ke-247

Diceritakan bahwa pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 ketika Syarif Abdurrahman yang berasal dari negeri Yaman bersama rombongan untuk menyisir hutan agar dapat dijadikan tempat pemukiman para rombongan diganggu makhluk astral dari arah hutan. Berada di delta pertemuan Sungai Kapuas Kecil, Sungai Kapuas Besar dan Sungai Landak para rombongan diganggu oleh suara jeritan dan tangisan mengerikan yang datangnya dari arah tengah hutan yang diduga berasal dari makhluk astral, kuntilanak.
Banyak anggota rombongan yang merasa ketakutan ingin segera menyelesaikan pekerjaan kemudian pulang. Karena gangguan yang dialami oleh para rombongan, Syarif Abdurrahman merasa bahwa suara-suara itu sangat mengganggu rombongannya dan menghambat pekerjaan. Dengan inisiatifnya, Syarif Abdurrahman membawa meriam ke hutan dan menembakkan meriam tersebut kearah sumber suara. Dan benar saja, suara-suara mengerikan tersebut berangsur-angsur menghilang sehingga pekerjaan dapat dilakukan dan para rombongan merasa tenang. 

Cerita di atas merupakan salah satu dari beberapa versi cerita yang ada mengenai asal usul Kota Pontianak. Bagaimanapun cerita yang sebenarnya, hari ini sudah berlalu 247 tahun sejak berdirinya Kota ini. Sebuah angka yang tidak sedikit untuk usia sebuah daerah atau kota. Kita patut berbangga, berbahagia sekaligus bersyukur bahwa kita berada di kota yang aman, berkecukupan dengan segala sumber daya dan kehidupan sosial yang damai.

Pemandangan unik yang tidak seperti biasanya, terjadi di Kampus Analis Kesehatan dimana jika hari biasa para mahasiswa menggunakan seragam putih-putih dan para dosen menggunakan seragam korpri, hari ini semua civitas akademika di Jurusan Analis Kesehatan mengenakan pakaian khas melayu Kota Pontianak. Yang laki-laki menggunakan baju “telok belanga” dan yang perempuan mengenakan baju “kurung”. Semua berkumpul di halaman Kampus sejak pukul 07.00 WIB untuk melaksanakan upacara peringatan HUT Kota Pontianak ke-247. Kegiatan ini diinstruksikan langsung oleh Walikota Pontianak kepada seluruh instansi di ruang lingkup Kota Pontianak.

Upacara di Jurusan Analis Kesehatan dipimpin langsung oleh Ketua Jurusan, Bapak Hendra Budi Sungkawa, SKM, M.Kes yang terlihat gagah mengenakan baju telok belanga ditambah kain corak insang. Beberapa pesan disampaikan oleh Ketua Jurusan pada saat amanat pembina upacara. Di antaranya beliau mengingatkan tentang kedisiplinan, khususnya sebagai tenaga kesehatan. Selain itu beliau mengutip sebuah pepatah, “Jika kita menanam padi, rumput akan tumbuh. Jika kita menanam rumput, padi tidak akan tumbuh”. Pepatah ini berarti jika kita melakukan kebaikan, maka tetap ada pandangan buruk orang lain. Sebaliknya, jika kita melakukan keburukan, tidak akan ada pandangan baik yang akan kita dapatkan.

Upacara diakhiri dengan menari bersama seluruh civitas akademika Jurusan Analis Kesehatan. Tari yang dibawakan adalah tari “zapin melayu” yang merupakan tarian khas Melayu Kota Pontianak. Tarian bersama dilakukan dengan harapan budaya melayu tetap lestari di Kota tercinta, seperti kata pepatah “Tak lekang melayu ditelan zaman”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *